Skrip ane ambil dari Ky*kka untuk Jilid 6, ketik saja di google "Ky*kka" nanti juga ketemu. Btw tampilan blog masih seperti ini karena memang ngga ane seriusin, tapi ntar ane usahakan juga perbaiki tampilan blognya. Rencananya sih ngerjain yang sisa-sisa saja (yang belum di translate saja) cuman kita lihat nanti saja deh. Setelah ini rencananya sih terjemahin Jilid 6 beserta Afterword (Atogaki) atau Jilid 6 Bab 1 atau Jilid 11 Interlude atau Afterword Qualidea Code "Dou Demo Ii, Sekai Nante" (Atogaki). Dan catatan yang perlu digaris bawahi bahwa penyalahgunaan terjemahan yang ada di blog ini dalam bentuk apapun sudah bukan tanggung jawab blog ini lagi.
===============================================================
Sudah kuduga, Drama Musikal
Ebina Hina itu Busuk.
Seandainya
saja begitu.
Aku
meletakkan rencana acara pertunjukan itu di atas meja.
Rencana
pertunjukan ini sangat tebal dan memancarkan sesuatu seperti sebuah aura
menakutkan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata dan aneh. Jika Necronomicon
itu sebenarnya ada, ini pastinya suatu perasaan yang sama seperti yang kukatakan
barusan…
Tertulis
di sampul itu “Drama Musikal – Sang Pangeran Kecil”. Itu adalah sebuah nama
yang memalukan dan terdengar seperti prekursor di sebuah pertandingan tenis.
Sekarang
adalah Musim Gugur. Pada Musim Gugur akan diadakan pertunjukkan Festival
Budaya. Festival Budaya, dimana setiap orang bekerja sama sebagai tindakan satu
kesatuan, musim yang agak membosankan bagi mereka yang menganut penyendiri dan
mengisolasi-kan dirinya dari lingkungan sekitar.
Aku
tidak begitu akur ataupun cukup dekat dengan kelasku itu, bahkan akupun bisa
menyebut itu kelasku, tetapi kelas
yang aku tempati, 2-F, dari hari ini dan seterusnya mereka akan memulai
persiapan untuk ke depannya dengan sungguh-sungguh.
Setelah
mengalami berbagai kesulitan, kelas 2-F akhirnya menetapkan di drama. Itu
adalah keputusan yang diambil dari banyaknya mayoritas siswa kelas, Jadi aku
dalam posisi untuk tidak dapat mengatakan apapun. Dimanapun dan kapanpun, aku
akan selalu berada dalam minoritas kelas.
Ide
ke ide tentang jenis pertunjukan apa yang akan dilakukan, menghasil-kan sebuah
ide tunggal yang akan diajukan.
Dan
pertunjukan tersebut adalah “Sang Pangeran Kecil”.
“Sang
Pangeran Kecil” adalah novel yang ditulis oleh Antoine de Saint-Exupery. Aku
rasa ada banyak orang yang tahu itu dari namanya saja bahkan jika mereka tidak
pernah membacanya sama sekali. “Pangeran Kare” sering salah diartikan sebagai
sesuatu yang berhubungan, tetapi itu sebenarnya sesuatu yang berbeda, jadi
berhati-hatilah di sana.
Ringkasan
ceritanya sebagai berikut:
Sang
protagonis, sang “narrator”, adalah seorang pilot yang akan melakukan
pendaratan darurat di Gurun Sahara dimana dia akan bertemu dengan sang
“pangeran kecil”. Melalui segala bentuk percakapan, mereka datang untuk
mempelajari apa itu yang benar-benar dianggap berharga.
Untuk
sesuatu yang bisa diklaim sebagai karya terkenal yang mendunia, Itu adalah
sebuah acara yang layak ditonton untuk siswa SMA.
Tetapi
jika ada sesuatu yang berbeda… Yang akan bertanggung jawab atas naskah tersebut
adalah Ebina-san…
Tepat
ke isi cerita, Penempatan karakter dan ringkasan yang ditulis dari Ebina-san sudah cukup menghancurkan jiwaku, tetapi aku menyiapkan mentalku dan menguatkan diri untuk membacanya lagi. Itu hanya bertahan
saat aku membaca “Planet yang aku kunjungi mempunyai 108
tingkat kali gravitasi, kau lihat!” dan “seorang pilot dan pangeran
cabul” kemudian aku pun berhenti membacanya.
Apa
yang ada di kepala gadis ini dengan semua ini…? Aku menatap Ebina-san dengan
ketakutan dan dia bersikap malu-malu dan segan.
“Ini
sedikit memalukan…”
Tidak,
tidak, tidak! Ini benar-benar memalukan, kau tahu! Kata-kata “sedikit” tidak
cukup tepat untuk menjelaskan hal itu!
Aku
melipat hasil print out rencana naskah
tersebut dan memutuskan untuk tidak memaksakan diri lebih jauh.
Suasana
suram menyelimuti Long Home Room.
“Apakah
semuanya sudah selesai membaca?”
Ketika
sebagian besar kelas telah selesai membaca tentang acara tersebut, Hayama
menampakkan ekspresi bingung di kelas dan berbicara. Sebenarnya, ini seharusnya
menjadi tugas untuk ketua kelas, tetapi untuk ketua kelas yang naif, dia tidak
bisa berbuat apa-apa malahan terdiam kaku oleh materi naskah bacaan yang tidak
dapat dia masukkan ke sekitar kepalanya.
"U-Um…
Jadi apa yang harus kita lakukan? Jika seseorang memiliki pertanyaan atau
menyadari ada sesuatu yang harus diperbaiki, lalu…” Tanya si ketua kelas.
Tidak
ada sesuatu kecuali yang terakhir itu, kau pasti tahu itu… Seorang gadis di kelas mengangkat
tangannya.
“Apakah
akan ada peran untuk para gadis?”
“Eh?
Keapa harus ada?” Kata Ebina-san, memiringkan kepalanya karena penasaran dan
bingung. Berhenti disana,
Fraulein busuk (seperti sebutan untuk miss busuk).
Dalam
cerita “Sang Pangeran Kecil”, tidak ada karakter wanita yang akan tampil.
Tetapi itupun ditulis oleh pemikiran seorang gadis, jadi para gadis bisa memerankan
itu. Tetapi itupun bukan satu-satunya peran kami yang harus dipertimbangkan,
persis seperti ada rubah dan ular juga. Ini mungkin sesuatu yang mirip
dilakukan pada Shiki Theatre Company
yang menampilkan “Lion King”.
Seseorang
mengangkat tangannya.
“Apakah
ini tidak apa-apa untuk moral publik?”
“Ini
untuk semua usia jadi tidak akan ada masalah!”
Dia membahasnya dengan siapa…?
Melihat
dari reaksi kelas yang bersangkutan tentang bagaimana untuk mengambil cerita.
Oda atau Tahara atau apalah namanya itu dan semua orang di ruangan ini
tersenyum tegang, Sepertinya mereka mulai memahami hobi dari seorang fujoshi, sementara para gadis,
pengecualian untuk beberapa yang sudah tahu bahwa apa yang sedang terjadi,
sedang kebingungan.
Dalam
kerumunan orang-orang itu, ada satu orang yang mengangkat tangannya dengan
menjengkelkan “di sini, di sini, di siniiii!”
“Hei,
Itu terdengar bagus olehku.”
Whoa
Tobe, apa kau sudah putus asa dengan apa kata orang nanti, bukankah begitu?
Seorang pria bercinta itu sangat sederhana, mungkin menimbulkan rasa mencintai,
itu terasa sangat tidak normal. Tetapi yah, aku kira semua orang juga mengalami
hal seperti itu. Aku juga mempunyai pengalaman seperti itu ketika di SMP: Aku
akan sangat gugup ketika akan pulang ke rumah dan ada gadis yang kusuka sedang
berjalan dibelakangku, tetapi ketika dia memanggilku “penguntit” dari belakang,
aku berada pada posisi mau menangis saja… Maksudku, semua orang akan melakukan
hal yang sama, kan? Melakukan sesuatu seperti itu, maksudku. Aku bukanlah
satu-satunya yang melakukan itu, kan…?
Tobe
memasang ekspresi bingung pada reaksi semua orang disekitarnya dan menekankan
lebih lanjut. “Benda ini adalah totes bom, ya!? Melakukan sesuatu yang lebih
gila dari sebuah drama biasa terdengar lebih menarik untuk ku!”
Teman
sekelasku semua saling memandang satu sama lain, menyadari bahwa akan ada ide
yang memungkinkan, dan dapat memberikan beberapa pertimbangan.
…Yah,
dia ada benarnya. Ini akan lebih bagus jika hanya sebuah drma musikal dan bukan
beberapa novel BL. Aku yakin bahkan dari nama judulnya saja akan mengeluarkan
kesan yang berbeda juga. Jika bermain di panggung untuk anak laki-laki tidak
berbudaya untuk mengakui cinta mereka dengan pakaian eksentrik, ini seharusnya
terlihat seperti drama komedi entah bagaimanapun itu.
Ketika
melakukan sebuah pertunjukan di sebuah event
seperti Festival Budaya ini, Standar yang paling penting itu adalah “menarik”
dan “berbeda dari yang lain”. Kedua kondisi tersebut ada di naskah ini. Tentu
saja, mengesampingkan materi BL di dalam naskah dan sang penulis dari naskah
ini adalah Ebina-san, akankah ini tidak apa-apa?
“Yah,
kupikir kita bisa mengarahkannya kesitu juga. Selain itu, ini tidak seperti
kita bisa melakukan sesuatu yang serius di sebuah event seperti ini… Setidaknya begitu!”
Ebina-san
adalah tipe orang yang tahu bagaimana untuk bertindak hati-hati. Kemudian lagi,
untuk seorang yang bertindak hati-hati seperti dia harus berakhir seperti ini,
rasa takut mulai datang menghampiriku lagi.
“Yah,
kenapa tidak kita kesampingkan dulu saja apa yang tertulis disini tentang penempatan karakternya… Dan kami segera akan membuatnya menjadi lucu dan menarik. Apakah
itu tidak apa-apa?” Tanya Hayama, tetapi tidak ada satupun suara yang
keberatan.
Yah,
ini adalah pertunjukan Festival Budaya. Keputusan untuk melakukannya dengan
santai sambil bersenang-senang dari pada melakukannya dengan serius adalah
pilihan yang tepat. Melakukannya dengan serius jika ada kegagalan
hanya akan berakhir memalukan dan kegagalan itu bisa dimaklumi dengan kata-kata
“Ini untuk bersenang-senang”.
Mungkin akan lebih baik melakukannya dengan santai dan untuk bersenang-senang dari pada
memikirkannya serius.
“Baiklah,
itulah yang akan kita lakukan nanti,” Kata Hayama. Dia diberi banyak tepuk
tangan. Bersamaan dengan momen itu, bel sekolah pun berbunyi.
Setelah
menghabiskan seluruh LHR, kelas kami akhirnya dapat memutus-kan suatu tindakan.
Masih ada sesuatu hal yang tertinggal dan kita harus mencari tahu apa itu,
tetapi kami akhirnya bisa memulainya ke depan.
Festival
Budaya sudah dekat satu bulan lagi dan festival membosankan ini akan datang tahun
ini juga.
Dengan perasaan aneh, aku berdiri dari tempat dudukku.
No comments:
Post a Comment